12/31/2013

Renungan Tahun baru Masehi 2014


Riuh gemuruh, gempita ria, suka dan cinta saat ini menghiasi insan di seluruh penjuru dunia, dari yang belia hingga dewasa bahkan yang tua sibuk mempersiapkan diri menyambut datangnya momen yang hadir 1 kali dalam setahun itu. Bunyi terompet pun ikut menghidupkan suasana tahun baru. Berbagai acara pun disiapkan mulai dari kumpul-kumpul, BBQ, Konser musik, bahkan kencan bareng di bwah langit indah dihiasi gemerlap bintang (kalo gak hujan) ditemani dengan kacang dan jagung bakar. Semua dilakukan tak lain mempunyai tujuan yang sama. Ya, sebentar bahkan sesaat lagi kita akan menatap langit yang sama walau mungkin dengan acara yang berbeda demi menyambut tahun baru 2014 dan tahun 2013 pun akan berlalu.
 _ _ _ _ _ _ _
Kemeriahan malam menyambut tahun baru bak perayaan malam idul fitri bahkan lebih meriah lagi karena dimeriahkan dengan banyaknya hiburan dan iringan tiupan terompet dan gempita petasan di mana-mana. Malam yang tidak ada bedanya dengan malam-malam lainnya pada hakikatnya, namun memiliki daya tarik luar biasa. Malam yang tentu berbeda dengan malam idul fitri di mana seluruh umat Islam justru harus menyambutnya dengan kegembiraan karena telah satu bulan penuh berjuang dan berjihad menunaikan kewajiban ibadah puasa. Malam tahun baru adalah malam semua umat katanya, namun jika kita lihat sejarah kalender masehi, jelas itu tidak sepatutnya dirayakan dan disambut dengan suka cita oleh umat Islam.


Ironi memang ketika banyak dari kalangan umat Islam justru terjebak dalam guruh gempitanya malam tahun baru. Malam yang harusnya menjadi renungan dan merancang sikap dan harapan ke depannya justru dirayakan dengan sikap yang berlebih-lebihan. Tidak dapat dipungkiri lagi jika pada malam tahun baru hampir seluruh negara di dunia –baik negara maju, berkembang, atau terbelakang- termasuk negara kita tercinta ini menyambutnya dengan perayaan yang membutuhkan modal banyak. Tepat pada pukul 00.00 saja berapa rupiah yang dihambur-hambrkan sia-sia untuk atraksi petasan dengan durasi setengah hingga satu jam. Seolah lupa bahwa masih banyak warga negara yang perlu mendapat perhatian jauh dibanding perayaan tahun baru. Sikap berlebihan itulah yang harus dihindari. Bagaimana bisa pergantian tahun yang hakikatnya adalah berkurangnya usia justru dirayakan dengan suka cita bahkan suka cita yang berlebihan. Lebih ironi lagi ketika banyak kaum muslim yang terbuai dan terlena dengan kemeriahannya hingga banyak melalaikan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim. Muda-mudinya yang tak lagi kenal batasan mahromnya, anak yang berbohong kepada orang tuanya, hingaa yang melewatkan sholat subuh. Naudzubillah min dzalik


Mengingat betapa hebohnya momen tahun baru dengan berbagai acara yang telah menjadi tradisi kita, maka jangan sampai momen tersebut menjadi ajang untuk bersenang-senang tanpa tau makna dari tahun baru itu sendiri hingga melampaui batas syariat agama. Pada hakikatnya tahun baru adalah lembar baru untuk kita menorehkan tinta kehidupan yang akan menuliskan hasil karya yang indah, bukan hanya dilalui tanpa makna. mari dengan momen tahun baru ini kita tingkatkan kualitas diri kita dengan lebih bekerja keras, tidak mudah pasrah, dan bergairah untuk menuju masa depan yang cerah. [eX-Onerz : Triya]
 

Newer Post Older Post Home

0 komentar:

Post a Comment

Ayo sharing di sini !